Analisa Peraturan Kampus
NO ID
NO ENTRY
Nah, gua yakin teman-teman semua udah sering banget baca tulisan ini di gerbang masuk kampus kita setiap hari. Beberapa hari terakhir, gerbang utama kampus gua "ditongkrongin" sama orang-orang berseragam safari berwarna gelap, dengan sisiran rambut yang rapih dan ganteng-ganteng, tapi pasang wajah cool dan senyum irit sambil menyerukan satu kata yang diulang-ulang, "ID.."
Beberapa dari kita mungkin merasa biasa-biasa saja dengan kejadian yang udah mulai jadi rutinitas ini, tetapi gua yakin, sebagian besar kita pada nggak setuju dengan peraturan "baru" ini, ya nggak?
Well, sekarang, gua mau coba bahas tentang peraturan kampus kita yang satu ini, tapi, sebelum kalian mulai lanjut baca, lebih baik kalian harus mengerti dulu bahwasannya yang gua tulis ini adalah asli bikinan otak gua, tanpa paksaan ato intimidasi ato suruhan pihak-pihak lain, dan gua nggak mau coba untuk bela sisi tertentu.
kalo udah deal, silakan klik untuk lanjut baca
Ok, Universitas kita adalah sebuah organisasi pendidikan yang tujuannya adalah, tentu saja, mendidik mahasiswa/i nya untuk jadi orang yang lebih terdidik, atau, kata kasarnya, yang tau adat dan moral. Nah, dalam menjalankan misinya ini, mereka tentu saja harus buat peraturan-peraturan yang membuat kita, mahasiswa, berjalan di jalan yang benar dan mencapai tujuan kampus yang diharapkan.
Besides, kampus juga membuat peraturan-peraturan yang bertujuan untuk menjaga keamanan dan kenyamanan kita selama melakukan aktivitas kampus.
Peraturan tentang ID dan ENTRY (dan barusan gua tau kalo ternyata, bukan cuma ENTRY doang, tetapi juga EXIT) adalah salah satu dari sekian banyak peraturan-peraturan yang dibikin kampus untuk menjaga keamanan dan kenyamanan kita. Serius.
Kalo nggak percaya, coba aja bayangin kalo kampus nggak menerapkan peraturan ini, bisa aja ada orang asing yang nggak terdaftar bisa berkeliling dengan enaknya pake fasilitas wireless yang udah kita bayar dari awal semester, dan bikin kekacauan koneksi wirelessnya. Kita pasti bete, kan? Ato bahkan mereka adalah teroris yang menyamar jadi mahasiswa, dan karena kita nggak pake sistem "NO ID NO ENTRY" ini, mereka bisa seenaknya nyelonong masuk ke dalam kampus dan akhirnya.....
BOOM!!
sekolah kita diledakkan... bareng-bareng ijazah SMA kita, transkrip kita, barang berharga kita..
Nah, gua yakin kalo peraturan ini dibuat bukan untuk menyiksa kita, mahasiswa. Percaya deh, peraturan ini dibuat sedemikian rupa agar kita semua bisa ngerasa aman dan damai (um..tambahin 'sentosa' ngga ya?). Dan gua yakin, big bosses kita, para administrator, nggak bikin peraturan ini just for fun aja, tapi sudah sekalian pikirin konsekwensi peraturan ini (termasuk caci makian temen-temen students yang ngerasa terganggu).
Berikutnya; menurut gua, peraturan ini udah cocok banget untuk ditegaskan kembali karena kampus kita udah sering kemasukan orang-orang yang nggak seharusnya ada di dalam kampus. Tapi, (ada tapi-nya lhooo) gua rasa, ada beberapa hal yang harus diperbaiki dan ditambahkan lagi.
Contohnya, temen-temen yang kerja part time atau full time nggak diharuskan untuk tunjukkin ID card. Mungkin akan jadi lebih baik kalo semua orang, baik students, staff, sampai labors, bisa dikasi pass atau iD biar sistem keamanannya jadi lebih baik lagi.
Satu lagi, kayaknya sistem ID card ini harus dijadikan lebih mutakhir lagi dengan mesin ID card scanner biar temen-temen petugas keamanan yang berseragam asisten pribadi bupati dan gubernur itu nggak terlalu pusing cari-cari dan mencocokan nama, ID card, dan wajah mereka. Gimana kalo dikasi tv dan scanner, jadi, students tinggal datang, gesek, dan "bip!!" wajah mereka nampak di layar kaca (dan biarkan dunia antrian di belakangnya menyaksikan foto mereka... hohoho). Mungkin, untuk merealisasikan ide ini, kita perlu bantuan saudara-saudara kita di Fakultas Ilmu Komputer. Beberapa temen gua udah kepikiran itu.
Yang terakhir, gua cuma mau kasih himbauan aja buat teman-teman. Pada saat kalian tergoda untuk maki-maki (perlu nggak ya gua kasi contoh kata-kata makian?? *giggles*), coba kalian tempatkan diri kalian di posisi Bapak dan Ibu administrator kita yang coba untuk melindungi kita; tempatkan diri kita untuk berpikir hal yang sama JIKA kita menjadi seorang administrator dan ditugaskan untuk melindungi anak didik kita dan membuat kampus menjadi sebuah tempat indah untuk ditempati. Kalo kalian bersedia untuk kasih empati, gua yakin, kita semua nggak akan ada lagi yang bersungut.
Sebagai penutup, gua mau kasi satu slogan yang selalu gua ingat; slogan ini gua dapat dari sebuah semen berbentuk batang pohon di halaman dalam asrama gua waktu di SMA, di Sekolah Lanjutan Advent Purwodadi. Biarpun cuma tiga kata, tapi pesan itu selalu gua ingat. Bunyinya adalah
NURUT ITU ENAK
Comments
Post a Comment
Thank you for commenting :)